Meulaboh* – Dayah Ruhul Qurani mengadakan seminar internasional dengan tema Spirit Belajar Ala Jepang, di aula lantai dua kantor Dayah Ruhul Qurani, pada Kamis 25 April 2024 lalu. Seminar ini merupakan salah satu program Bakat Minat yang ada di Dayah Ruhul Qurani yaitu kelas Bahasa Jepang, yang mengagendakan berbagai kegiatan terkait dengan bahasa dan budaya Jepang.
Seminar ini menghadirkan tiga pemateri yaitu Ketua Forum Persahabatan Aceh Jepang (FPAJ) Sensei Zulfiansyah, S.H., Dewi Anwar dan anaknya Mariam Anwar yang keduanya berdomisili di Jepang. Ibu Dewi Anwar merupakan perempuan asal Meulaboh yang sudah lama menetap di Jepang dan juga salah seorang relawan palang merah jepang yang menbantu ketika Aceh di landa tsunami 2004, sehingga Mariam Anwar anaknya memiliki darah Jepang.
Marian Anwar telah menetap di Jepang selama 21 tahun. Gadis cerdas ini merupakan alumni dari Fakultas International Management di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU) yang terletak di kota Beppu, Prefektur Oita, Jepang.
Dalam kata sambutannya, Pimpinan Dayah Ruhul Qurani Ust. Kamil Syafruddin, Lc. mengatakan, “Dunia pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang memadukan antara kecerdasan otak dan kebaikan watak. Jika salah satunya tidak ada, maka pendidikan akan timpang.”
Sebagai pemateri pertama, Ketua FPAJ Zulfriansyah menjelaskan bahwa masyarakat Jepang memiliki semangat juang yang tinggi dan tidak mudah putus asa. Ia mengutip perkataan penemu Honda, Soichiro Honda yang mengatakan, “Semua orang ingin sukses, tapi mereka takut gagal. Padahal, bagi saya, sukses itu dimulai dari kegagalan, kegagalan, kegagalan, dan instrospeksi dari kegagalan tersebut. Orang melihat keberhasilan saya yang memiliki kemewahan. Padahal itu hanya 1 persen. Tapi orang-orang tidak mempelajari 99% kegagalan saya.”
Sementara Ibu Dewi Anwar dalam materinya mengatakan, “Anak-anak Jepang sejak kecil diajarkan sikap yang sopan, kompak, bersih dan disiplin hingga mereka berumur 10 tahun. Setelah itu, baru banyak diajarkan ilmu. Sehingga, anak-anak Jepang memiliki karakter yang baik, sehingga kota Jepang menjadi salah satu kota yang bersih, teratur, dan disiplin.”
Dalam sesi terakhir, Mariam Anwar menjelaskan, bahwa di Jepang pemerintah menyediakan wajib belajar hanya hingga SMP, di mana sekolah digratiskan. Adapun SMA, yang negeri itu murah sementara yang swasta sangat mahal. Sehingga masyarakat Jepang belajar sekuat tenaga agar lulus di SMA negeri. Dan di masa SMA, mereka belajar sekuat tenaga untuk bisa kuliah di universitas yang paling baik.
Direktur Program Bakat Minat Dayah Ruhul Qurani Ust. Zahri Fuad, MA mengatakan, “Dengan adanya seminar ini, kami berharap para santri semakin giat dan serius untuk mempelajari dan mendalami bahasa Jepang yang diajarkan sepekan sekali oleh bapak Zulfriansyah, S.H. Dan semoga juga budaya-budaya Jepang yang baik bisa menjadi pelajaran bagi seluruh peserta seminar.” (YS)
Komentar