Opini

Sang Maestro “Abah”, Pejuang Sejati yang Tak Gentar

Catatan: Kasyaf  **

Malam itu, di tengah keramaian yang riuh dengan canda tawa, tepuk tangan, dan obrolan hangat, suasana penuh kebahagiaan tampak jelas di wajah semua orang. Mereka bersyukur atas sebuah keberhasilan besar yang dirayakan bersama.

Namun, di tengah keriuhan itu, ia justru menunduk, duduk diam, tubuhnya sedikit membungkuk, seolah tengah memikul beban berat yang tak terlihat. Ketika suasana semakin ramai, air matanya perlahan mengalir, membasahi pipinya. Ia tak mampu menahan haru yang menyelinap di sela-sela kebahagiaan malam itu.

Beberapa orang menghampirinya, mencoba menyemangati, tetapi ia hanya menggeleng pelan sambil mengusap air matanya. Dalam tangis itu, tersimpan rasa syukur dan kelegaan yang membaur menjadi satu. Namun, di balik itu semua, ada satu hal yang sulit ia tutupi, ia teringat pada mereka yang dulu bersama dan kini tak lagi di sisinya, mereka pergi di saat ia berjuang paling keras.

Ada satu pribahasa cukup menarik yang mengajarkan kita untuk menerima kenyataan dan melanjutkan hidup tanpa terus-menerus terjebak dalam penyesalan. “Jangan menangis pada susu yang tumpah, karena air mata tak merubah indahnya warna pelangi.”

Di usia senjanya, ia tetap menjadi simbol keteguhan, keuletan, kegigihan, dan ketabahan. Di tengah “badai besar” yang mendera, ia tidak goyah. Ia berdiri tegak, istiqamah dalam perjuangannya, membawa harapan dan membuktikan bahwa orang yang ia sokong adalah putra terbaik Aceh Barat, anak kampung yang telah terbukti berdedikasi tinggi untuk masyarakat dan Tanoh Meulaboh. Dialah sang Maestro H. Tito. Abah kami tercinta.

Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Ia harus menempuh jalan berliku yang penuh duri. Ia dicaci, dicemooh, dan yang paling pedih, ia ditinggalkan oleh sahabat-sahabat yang pernah menikmati kebaikan dan fasilitas darinya. Mereka yang dahulu bersandar di bawah naungannya kini menjauh, bahkan melukainya dengan sikap dan kata-kata. Sungguh, ditinggalkan oleh mereka yang pernah dianggap saudara adalah luka yang tak mudah terobati. Ini sangat pedih jenderal!!

Baginya, berbeda pilihan bukanlah masalah. Tapi melihat sahabat-sahabatnya berpaling kepada “cahaya lilin” di tempat lain, sambil berusaha memadamkan “cahaya lampu” yang ia miliki, adalah hal yang paling pedih. Bahkan Ia harus mendengar dari orang lain tentang berbagai pengkhianatan dan pembusukan yang dilakukan oleh mereka.

Namun, semua itu tidak menggoyahkan semangatnya. Ia terus bergerak, tanpa lelah, tanpa jeda. Ia tahu bahwa perjuangan ini berat, mungkin yang terberat sepanjang hidupnya. Bahkan, di saat banyak yang meninggalkan, ia memilih untuk percaya pada orang-orang setia yang masih ada di sisinya. Ia melangkah dengan penuh keyakinan, mengorbankan kenyamanan demi masa depan yang lebih baik untuk masyarakat Aceh Barat.

Ia hadir di tengah-tengah warga, mengunjungi pertemuan kecil, berbicara dari hati ke hati, meyakinkan mereka bahwa perjuangannya bukanlah untuk kepentingan pribadi, melainkan demi tanah kelahirannya. Ia tahu, kepentingan masyarakat adalah yang utama, dan karenanya ia tetap fokus, tidak terpengaruh oleh luka atau pengkhianatan.

Meskipun usia telah senja dan fisiknya tak lagi sekuat dulu, ia tak pernah menyerah. Dalam tiga bulan terakhir, ia rela kehilangan waktu tidur demi perjuangan ini. Seperti kata pepatah, “Usaha tidak pernah mengkhianati hasil,” kini perjuangannya mulai berbuah manis. Meski hasil akhir belum ditetapkan, tapi semua tahu bahwa Mangga itu sudah mulai masak. Seperti kata orang dulu: “Jalan kebaikan sering kali sepi, tapi percayalah, hasilnya akan indah dan mengejutkan”.

Ia telah membuktikan bahwa seorang pejuang sejati takkan berhenti meski ditinggalkan. Ia tahu bahwa jalan kebaikan sering kali sunyi, tapi tidak pernah sia-sia. Darinya kita belajar arti kesetiaan, pengorbanan, dan keteguhan hati.

Terima kasih Abah, atas teladanmu. Engkau telah menjadi guru kehidupan bagi kami, mengajarkan arti perjuangan, kepercayaan, dan kesetiaan. Engkau menunjukkan kepada kami bahwa meski dikhianati, kebaikan tak pernah kehilangan nilainya. Semoga Allah membalas segala kebaikanmu dengan pahala yang berlipat dan keberkahan yang tiada putusnya. Kami takkan melupakan jejak perjuanganmu, dan inspirasimu akan terus hidup dalam setiap langkah kami.[]

** Warga MBO

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan