Banda Aceh — Kakanwil Kemenag Aceh Azhari mempromosikan program Lima Belas Menit (Limit) Bersama Alquran sebelum memulai jam belajar di madrasah dan sekolah dan juga wakaf.
Hal ini dilakukan Azhari dalam kunjungan kerja ke wilayah tengah dan timur Aceh mulai dari Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Aceh Timur mulai 20-26 November 2024.
Menurutnya, program ini untuk mendekatkan para siswa dengan Alquran.
Dia menjelaskan, nantinya para siswa akan diajak membaca Alquran selama 15 menit sebelum belajar dan guru akan menyimak dan memperbaiki bacaan siswa tersebut.
“Kita perlu istiqamah dalam menjalankan program ini, hanya butuh waktu 15 menit sebelum belajar, dan tidak membutuhkan anggaran tambahan untuk menjalankan program ini,” jelas kakanwil.
Untuk itu, ia mengajak jajarannya untuk mensukseskan program ini.
“Mari kita bersama menyukseskan program ini dengan mendukungnya dan juga mulai menggerakkannya di madrasah dan sekolah,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Kakanwil juga menyampaikan pesan Moderasi beragama yang merupakan cara pandang, sikap dan perilaku kita dalam beragama untuk kehidupan bersama.
“Moderasi Beragama menjadi kunci penting dalam upaya dalam menjaga dan mempererat kerukunan antar umat beragama yang telah terjalin dengan baik selama ini,” kata Azhari.
Ia meminta Penyuluh agama agar menjadi ujung tombak Kementerian Agama untuk menjadi pelopor moderasi beragama bagi masyarakat.
_Kampanye Wakaf Produktif_
Selain itu, pada kesempatan tersebut Kakanwil juga ikut mempromosikan program wakaf produktif. Ia mengajak masyarakat Aceh untuk mengubah paradigma dalam pengelolaan aset wakat.
Sejatinya, menurut Azhari, wakaf adalah aset produktif yang memberikan manfaat untuk umat.
Menurutnya, wakaf merupakan ibadah yang pahalanya akan terus mengalir dan manfaatnya juga akan terus dirasakan oleh umat.
Azhari mengatakan, banyak aset wakaf yang saat ini tidak produktif. Menurutnya, lahan yang diwakafkan banyak yang menjadi lahan mati tanpa diproduktifkan dengan penanaman pohon-pohon serta pemanfaatan lainnya.
“Mari kita produktifkan wakaf agar manfaatnya terus dapat dirasakan oleh umat. Wakaf ini manfaatnya besar sekali jika dikelola dengan serius,” kata Azhari.
Persolan utama yang dihadapi oleh pengelola wakaf menurut Azhari di antaranya, kurangnya pemahaman nazir terhadap pengelolaan wakaf serta ikrar wakaf yang sempit sehingga nazir yang mengelola menjadi tidak produktif.
“Saran kami perluas ikrar saat berwakaf agar nazir tidak kebingungan untuk mengelolanya. Serta nazir juga harus memperdalam pengetahuan tentang pengelolaan wakaf produktif,” ungkapnya.
Ke depan, kata Azhari, pihaknya akan terus memberikan pemahaman kepada para pengelola wakaf dan juga pelatihan untuk pengelola wakaf di daerah.
“Pelatihan semacam ini akan membuka wawasan para pengelola wakaf di daerah agar mereka lebih produktif dan inovatif,” kata Azhari.
Manfaat wakaf menurutnya, tidak perlu dipertanyakan lagi. Dia mencontohkan, sebagaimana halnya wakaf sumur Raumah Khalifah Usman bin Affan dan juga Wakaf Baitul Asyi oleh Habib Bugak Al Asyi yang manfaatnya masih dirasakan oleh umat Islam hingga hari ini.
“Ketika berwakaf maka kita sedang mempersiapkan bekal untuk akhirat. Manfaat wakaf produktif akan terus dirasakan oleh umat dan itu pula nantinya akan menjadi amal jariyah bagi kita meskipun telah meninggal dunia,” ujarnya.
Azhari juga mengajak jajaran ASN Kemenag Aceh untuk menjadi polopor dalam mewujudkan wakaf produktif di Aceh, untuk itu ia meminta setiap ASN Kemenag Aceh untuk menanam satu pohon di setiap lahan wakaf.
“ASN Kemenag harus jadi teladan, untuk mengisi kekosongan tanah wakaf ini kita ajak setiap ASN tanam satu pohon,” kata Azhari.[SK]
Komentar